“Saara, kau boleh baca dulu artikel yang sudah di-edit oleh editor terdahulu,” ujar Olga sambil memberikan beberapa lembar
kertas padaku. “Baca saja berulang-ulang.”
Aku mengangguk dan menerima lembaran artikel dari
Olga. Setelah dia meninggalkanku sendiri di ruang rapat Tim Mading, aku mulai
membaca artikel-artikel itu. Artikel ini sangat menarik dan membuat pembacanya
ingin membacanya lagi dan lagi. Si penulis memakai bahasa yang mudah dimengerti
dan tidak memusingkan. Karena terlalu asyik membaca, aku bahkan tidak menyadari
seseorang berdiri di belakangku sambil memerhatikan pekerjaanku.
“Sedang apa?”
Aku menoleh. Rupanya Leevi.
“Baca artikel lama, aku editor baru jadi harus belajar,” jawabku sambil kembali membaca.
“Ooh,” Leevi manggut-manggut.
“Kau mau kemana?” tanyaku ketika melihat tas besar
yang ditenteng Leevi.
“Ke Ruka, hari ini juga,” jawab Leevi. “Bersama Iiro
dan Olga sepertinya.”
“Kapan kalian pulang?”
“Besok atau lusa.”
Aku manggut-manggut. “Hei, aku minta nomor semua
anggota, boleh?”
“Ini,” Leevi memberikan handphone-nya. “Tapi aku tidak punya nomor Iiro.”
“Tak apa.”
*
“Ini artikelnya, Saara,” ucap Kai. “Cepat edit, ya. Aku mau dua hari lagi sudah
selesai.”
Aku membelalak melihat artikel Kai. “Kai, ini tidak
terlalu banyak? Bukankah kata Olga—“
“Aku tahu,” potong Kai ketus. “Kau saja yang perbaiki,
aku tidak bisa.”
Aku menatapnya dengan sinis tapi dia sudah berjalan
pergi. Kadang menjadi anak paling muda itu menyebalkan. Selalu disuruh. Yang
lebih senior di sini tidak menghargai atau sekedar mendengarkan perkataanku.
Menyebalkan sekali.
Aku mendesah. Olga, Leevi, dan Iiro rencananya akan
pulang besok. Aku tidak sabar ingin melihat hasil potretan Iiro serta artikel
buatan Leevi. Tiba-tiba aku merasa rindu pada ketiga orang itu. Mereka adalah
satu-satunya temanku di Tim Mading. Terutama Iiro.
Mendadak aku teringat kejadian di ruang komputer tadi
pagi. Kamera SLR itu... aku bahkan tidak tahu itu milik siapa, tapi firasatku
mengatakan bahwa itu milik Iiro. Entah apa yang membuatku berpikir begitu. Melihatnya
bersikap protektif terhadap kamera itu membuatku berpikir bahwa ia tidak mau
foto-foto itu dilihat. Biasanya orang yang bersikap seperti itu menjaga barang
miliknya.
Aku mendesah. Selama mereka bertiga pergi aku tidak
punya teman. Keempat lelaki yang ada di sini tampaknya tidak mau bercakap-cakap
denganku. Sedangkan kedua perempuan itu kelihatannya lebih suka bergosip bersama
daripada mengobrol bersamaku.
Aku menghembuskan napas panjang. Semoga saja mereka
bertiga cepat kembali dari Ruka dan segera masuk sekolah. Aku benar-benar tidak
tahan berada di ruang mading bersama keenam orang itu.
To: 0800240924
Apa ini Iiro? Sedang apa
di ruka? Bagaimana disana? -Saara
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar