Aku masih ingin bertemu denganmu.
Banyak hal yang belum kusampaikan padamu. Banyak hal yang belum kutunjukkan
padamu. Masih banyak juga hal yang belum kulakukan untukmu.
Tapi aku tidak punya waktu lagi.
Bahkan meskipun aku punya, aku tidak yakin aku bisa bertahan. Aku tidak yakin
aku bisa menemuimu. Aku tidak yakin aku bisa menjelaskan semuanya kepadamu. Aku
tidak yakin apa semua hal yang belum kusampaikan dapat kusampaikan padamu saat
itu juga. Aku tidak yakin hal-hal yang belum kutunjukkan padamu dapat
kutunjukkan saat itu juga. Dan aku tidak yakin apakah hal-hal yang belum
kulakukan untukmu dapat kulakukan pada saat itu juga.
Aku hanya bisa pasrah.
Waktuku memang sudah tidak lama
lagi. Dalam waktu dekat, aku akan dipanggil kembali dan aku akan meninggalkan
semuanya.
Semuanya.
Tidak hanya bumi ini.
Tidak hanya barang-barangku.
Tidak hanya teman-temanku.
Tidak hanya keluargaku.
Tapi juga kau.
Kau, satu-satunya orang yang
memahamiku. Kau satu-satunya orang yang selalu ada untukku di saat sedih
ataupun bahagia. Kau satu-satunya orang yang tidak pernah mengeluh ketika
bersamaku, kapan pun dan dimana pun. Kau satu-satunya orang yang selalu bilang
padaku bahwa kau tidak pernah menyesal karena berteman denganku. Kau
satu-satunya orang yang tahu tentang apa yang selalu kusembunyikan dari orang
lain.
Kau satu-satunya orang yang
dapat kupercaya, setelah keluargaku.
Apa kita bisa bercanda seperti
dulu lagi?
Apa kita bisa tertawa seperti
dulu lagi?
Apa kita bisa menangis seperti
dulu lagi?
Apa kita bisa saling menaruh
kepercayaan seperti dulu lagi?
Apa kita bisa berjalan-jalan
bersama seperti dulu lagi?
Apa kita bisa... entahlah, tapi
di atas semua pertanyaan itu, ada satu pertanyaan yang terus menggantung di
otakku sejak aku tidak pernah melihatmu lagi.
Apa kita bisa bertemu lagi?
Kuharap bisa. Kuharap setiap
orang akan menjawab iya ketika aku bertanya. Kuharap kau masih mau bertemu
denganku. Kuharap kau memaafkanku atas apa yang telah kulakukan dan apa yang
belum sempat kulakukan untukmu.
Dan di atas segalanya, ada satu
hal yang ingin kukatakan sejak dulu. Sebenarnya aku baru menyadarinya sejak aku
meninggalkanmu. Aku sendiri menyesal karena tidak pernah mengatakannya padamu
sejak dulu. Sejak aku belum meninggalkanmu. Dan aku sendiri merasa kesal karena
baru menyadarinya setelah meninggalkanmu. Aku tahu harusnya aku tidak
meninggalkanmu begitu saja. Tapi apa dayaku? Waktu tidak bisa diulang kembali.
Aku hanya berharap kau bisa mengerti.
Aku hanya bisa mengatakannya
lewat orang lain. Tapi kata-kata itu hanya untukmu. Benar-benar hanya
untukmu...
Aku menyayangimu seperti saudaraku sendiri...
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar