Jumat, 01 Februari 2013

The Diary (part 1)


                Ia duduk di sudut kantin sambil bertopang dagu. Memandang ke segala arah seakan mencari seseorang atau sesuatu. Saat menemukan apa yang dicarinya, ia tersenyum. Itu dia... batinnya senang. Orang itu sedang tertawa-tawa bersama ketiga temannya. Apa yang mereka bicarakan? batinnya lagi.
                Tapi mendadak ia tidak memedulikan pertanyaannya tadi. Apakah obrolan itu harus ia ketahui? Pentingkah obrolan itu baginya? Apakah obrolan itu akan terasa menyenangkan baginya?
                Hanya ada satu jawaban.
                Tidak.
                Ia yakin itu. Dia tidak perlu mengetahui obrolan itu, obrolan itu tidak penting baginya, dan obrolan itu hanya bisa menyakitinya.
                Dia tahu dia dibenci. Bukan karena sifatnya karena ia cenderung tertutup. Lalu apa?
                Dia menggeleng. Lupakan saja, batinnya.
                Dia kembali memandangi keempat orang yang sedang tertawa bersama itu. Kali ini mereka sedang menghabiskan makanan mereka dan berjalan menuju pintu keluar kantin. Dia yang melihat itu buru-buru meminum jusnya dan segera keluar dari kantin. Kembali memandangi orang itu dari jauh. Kembali tersenyum saat orang itu tertawa lepas bersama ketiga temannya.
                Kembali menyadari bahwa orang itu bahkan tidak menganggapnya ada.
                Ia menghela nafas dan segera pergi. Percuma mengumpat dalam hati. Yang bisa dia lakukan hanya diam.

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar