Sabtu, 09 Februari 2013

Misteri Surat (part 1)

            Pada suatu hari, Pearl menerima sebuah surat. Di amplop surat tersebut tidak ada nama ataupun alamat pengirimnya. Karena penasaran, ia pun membuka amplop tersebut. Ia membaca surat itu sekilas. Berikut isi suratnya:


Untuk Pearl,
di rumah

Hai, Pearl!
Apa kabar? Semoga kamu baik-baik saja. Oh, ya! Aku punya kejutan untukmu! Datanglah ke rumahku pukul 1 tepat. Kutunggu, lho!

Salam,
Tuck
Jl. Coklat no. 26

            “Tuck? Apa yang membuatku harus datang pukul 1?” pikir Pearl heran. Karena membaca surat tersebut dengan buru-buru, ia tidak memerhatikan alamat pengirimnya. Kemudian ia melirik jam.
            “Masih jam setengah 11, aku pergi sekarang aja, deh!” ucap Pearl. Kemudian ia berlari ke dapur.
            “Ma, apa aku boleh pergi ke rumah teman?” tanya Pearl.
            “Boleh,” jawab mamanya sambil terus memasak. Pearl langsung menuju garasi. Ia memakai pengaman sikut, pengaman lutut, serta helm. Kemudian ia memakai sepatu rodanya. Ia langsung menuju rumah Tuck.

*

            “Permisi!” seru Pearl sambil mengetuk pintu sebuah rumah yang besar, mewah, dan megah. Itulah rumah Tuck. Tuck memang kaya, namun ia tetap baik hati walau agak sombong.
            “Pearl, ada apa?” tanya ibu Tuck.
            “Tuck ada?” Pearl balik bertanya.
            “Ada, tunggu sebentar, ya,” ibu Tuck masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian ibu Tuck keluar dengan Tuck dan Piki.
            “Silakan duduk, tante akan buatkan minuman,” kata ibu Tuck kemudian kembali masuk.
            “Kenapa Pearl?” tanya Tuck sambil duduk.
            “Aku mau tanya soal surat yang kamu kirim...”
            “Surat apa?” potong Tuck.
            “Surat tentang aku harus datang jam 1. Ini suratnya kubawa,” Pearl memberikan suratnya pada Tuck. Kemudian Tuck membacanya. Ia bingung.
            “Kamu punya teman yang namanya Tuck selain aku?” tanya Tuck sambil memberikan surat milik Pearl pada Piki.
            “Nggak, kalau ada aku pasti gak datang kesini,” jawab Pearl. Ia ikut bingung.
            “Hmm... Pearl, alamat Tuck sudah jelas bukan ini,” ujar Piki. Tuck dan Pearl menoleh.
            “Maksudmu?” tanya Tuck dan Pearl bersamaan.
            “Disini ditulis alamat rumahnya di jalan coklat nomor 26. Sedangkan alamat rumahmu, Tuck?” Piki menunjuk Tuck.
            “Jalan kacang nomor 10,” jawab Tuck. Pearl bingung lagi.
            “Memangnya disitu ada alamatnya?” tanya Pearl. Piki ikut bingung.
            “Memangnya kamu gak lihat?” Piki balik bertanya. Pearl menggelengkan kepala.
            “Berarti kamu gak teliti! Ini lihat saja!” seru Piki. Ia memberikan surat tersebut pada Pearl. Pearl membacanya ulang.
            “Oh, iya,” Pearl terlihat malu. Pipinya memerah.
            “Sekarang aku mau tanya, ada siapa saja temanmu yang tinggal di jalan coklat?” tanya Piki menginterogasi Pearl.
            “Ada Tucky, Lenna, dan Grecy,” jawab Pearl heran. Mengapa Piki bertanya begitu? pikirnya berulang-ulang.
            “Siapa yang tinggalnya di nomor 26?” tanya Piki lagi.
            “Euh... aku gak hafal,” jawab Pearl.
            “Sekarang ayo kita pergi!” Piki berdiri.
            “Kemana?” tanya Tuck dan Pearl kompak.
            “Ke jalan coklat nomor 26!” seru Piki bersemangat. Ia segera mengambil sepedanya yang ia bawa ke rumah Tuck. Sementara Tuck mengeluarkan otopetnya dari garasi.
            “Ayo berangkat!” seru Piki. Mereka pun berangkat.

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar